Re-founder, Nafas Terakhir Perusahaan

Seperti yang kita ketahui, didalam dunia bisnis terkadang pasang surut. Ada kalanya harus gulung tikar ataupun memulai dari nol kembali. Saat kita akan memulai bisnis kembali, biasanya para pencetus bisnis menamakan dirinya re-founder. Akhir-akhir ini istilah re-founder marak diperbincangkan didunia startup. Seiring berjalannya dinamika bisnis, disamping adanya founder, co-founder ada juga re-founder. Ketiga jenis founder ini memiliki peranannya masing-masing didalam perusahaan.

Pengertian Re-Founder

Re-founder menurut kamus Merriam-Webster adalah orang yang kembali menemukan. Jadi kurang lebih, re-founder ini bisa diartikan adalah seseorang yang menemukan kembali atau yang membangkitkan kembali sebuah perusahaan yang sedang tertidur atau mati suri. Namun, kehadiran re-founder ini sebetulnya sangat sulit. Karena seorang re-founder ini bukan hanya memiliki semangat dan cita-cita untuk memebangkitkan perusahaan. Tapi, re-founder ini memiliki segudang skill, pengalaman, dan jaringan bisnis. Ini yang menjadikan seorang re-founder ini sulit ditemukan.

Kapan founder harus mulai mencari re-founder?

Ketika bisnis mulai berjalan, orang yang paling sibuk sudah pasti founder dan co-founder. Saking sibuknya biasanya kedua para founder ini mulai merasa buta dan tuli. Mereka hanya melakukan apa yang mereka tahu dan tidak melakukan apa yang mereka tidak sadari. Kemudian apa sajakah yang diketahui oleh founder itu?

Hal yang pertama adalah mereka ketahui adalah bagaimana cara menangani masalah bisnisnya sendiri. Kemudian mereka coba cari solusi dengan cara open hiring seseorang yang mampu menyelesaikan masalahnya. Seiring waktu berlalu, bisnis semakin besar dan semakin tidak terkendali. Akhirnya mereka mencoba masuk ke Forum Discussion Group atau ke seminar-seminar tentang bisnis dengan harapan mereka bisa menemukan atau meng-hire seseorang yang mampu breakdown bisnisnya yang sudah semakin besar sehingga mereka merasa memegang kendali kembali.

Kemudian apa yang mereka tidak sadari? Hal ini sebetulnya sangat mendasar, yaitu ketika bisnis itu berjalan mau ataupun tidak mau mereka akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk menjalani bisnis tersebut. Komitmen ini terjadi diantara founder secara tidak sadar. Biasanya ketika mereka mulai menyadari akan hal ini, mereka akan sering bilang “Tenang suatu saat kan kita akan jadi chairman atau komisaris, sehingga cukup orang lain yang menjalankan bisnis kita“. Namun, dibalik statement tersebut, justru ada ketakutan yang besar dirasakan oleh founder ini. Ketika bisnis dilakukan oleh orang lain, sudah jelas mereka tidak memegang kendali.

Terjadi mati suri

Apa yang menjadikan indikator suatu perusahaan mati suri? Pertama adalah perselisihan antara needs and wants. CEO sebagai inti dari manajemen pastilah memiliki apa yang menjadi harapan, keinginan dan kebutuhan untuk perusahaan yang dikelolanya. Begitu juga founder, mereka juga punya harapan, keinginan, dan kebutuhan. Dari mulai perselisihan target pendapatan perusahaan sampai optimasi kedisiplinan karyawan ini biasanya yang menjadi gonjang-ganjing, sering diperdebatkan diantara top level manajemen. Biasanya, jika tidak kunjung menemukan titik temu, founder lah yang akan tersudutkan yang berujung pada keputusan yang berat. Founder akan didesak supaya menarik tuas rem atau melepaskannya ke orang lain. Dengan ditariknya tuas rem ini akan menjadikan perusahaan mati suri dan PHK secara massal.

Namun, bagaimana jika dilepaskan? Apakah yang akan terjadi? Yang terjadi adalah perusahaan tetap berjalan sebagaimana mestinya dibawah kawalan manajemen, sementara founder akan turun nilai kepemilikannya. Bisa jadi memberikan sebagian hak kepemilikannya atau bahkan lengser. Tapi jangan salah, meskipun perusahaan tetap berjalan ada resikonya. Resikonya ialah hilangnya semangat atau masterplan yang dicita-citakan oleh founder. Dengan hilangnya cita-cita sebetulnya ini adalah sesuatu yang fatal. Karena mungkin, karyawan itu bekerja bukan karena gaji semata. Namun, karena sifat influencer daripada founder perusahaanya tempat ia bekerja. Disamping itu juga, networking atau kolega yang terhubung lewat founder bisa jadi regang karena dinamika ini.

Kehadiran Re-Founder

Kehadiran re-founder ini adalah untuk membangkitkan kembali semangat atau masterplan yang sudah diinginkan oleh founder. Dengan kelihaiannya, founder ini akan serta merta membawa kejayaan kembali untuk perusahaan yang sudah kehilangan spirit. Tentu saja arti kata dari spirit ini bukan hanya spirit semata, namun dengan skill, networking, loaylty dan humanity yang kuat melekat ada di seorang re-founder.

Kesimpulan

Re-founder sangat sulit dicari, namun dengan perjuangan yang gigih dari manajemen re-founder ini bisa ditemukan atau mungkin bisa dibuat. Salah satunya adalah dengan mengadakan program pengembangan diri dari internal perusahaan. Meskipun lama, tidak instan namun proses itulah yang harus ditempuh.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi semakin cepat, banyak sekali perusahaan yang mulai risih dengan keadaan ini. Tidak usah tergesa-gesa ataupun jadi pioner, cukup dengan berusaha supaya tidak ketinggalan bisa menyelamatkan keberlangsungan perusahaan. Diharapkan kehadiran re-founder ini bisa menjadi nafas terakhir perusahan ditengah hiruk pikuk dinamika bisnis.

Demikian. Semoga bermanfaat.

nyingspot: Blog Seputar Bisnis Teknologi. Temukan hal menarik tentang bisnis dan teknologi hanya di nyingspot.com
Artikel Lainnya

This website uses cookies.